Daftar Blog

Search My Blog

Minggu, 16 November 2014

Journey to the West : Jakarta - Lampung - Sumatra Selatan - Jambi - Riau - Sumatra Utara - Aceh - Sabang Part 1

Tugu Kilometer 0 Sabang, Indonesia
Setelah yang dinanti - nanti akhirnya tiba juga, ritual setiap tahun yaitu touring lebaran 2014 yang sudah cukup lama direncanakan kira - kira dari tahun lalu setelah pulang dari Flores. Perjalanan kali ini memakan waktu sekitar 15 hari dengan santai, banyak cuti yang saya gunakan kira - kira 10 hari termasuk cuti tambahan / rapel off waktu kerja sehingga saya hanya menggunakan cuti 5 hari saja. Perjalanan kali ini saya hanya menggunakan rute Lintas Timur Sumatra saja, tidak melewati lintas Barat dikarenakan waktu libur yang terbatas.
  • Rute P. Jawa : Jakarta - Tanggerang - Serang - Cilegon - Pelabuhan Merak
  • Rute Lampung (berangkat) : Pelabuhan Bakauheni - Way Jepara - Tulang Bawang - Mesuji
  • Rute Lampung (Pulang) : Mesuji - Tulang Bawang - Bandar Jaya - Bandar Lampung - Kalianda - Pelabuhan Bakauheni
  • Rute Sumatra Selatan : Kayuagung - Palembang - Betung - Sungai Lilin
  • Rute Jambi : Kota Jambi - Kawasan Taman Nasional Bukit 30
  • Rute Riau : Rengat - Kerinci - Pekan Baru - Duri - Bukit Batu
  • Rute Sumatra Utara (Berangkat) : Kota Pinang - Rantau Prapat - Kisaran - Tebing Tinggi - Medan - Binjai - Tanjung Pura - Pangkalan Brandan
  • Rute Sumatra Utara (Pulang) : Pangkalan Brandan - Medan - Berastagi - Kabanjahe - Danau Toba - Pematang Siantar - Kisaran - Rantau Prapat 
  • Rute Aceh : Kuala Simpang - Langsa - Lhokseumawe - Bireun - Sigli - Banda Aceh - Pelabuhan Ulee Lheue
  • Rute P. Weh : Pelabuhan Balohan - Tugu 0 Km Indonesia - Iboih - Pulau Rubiah - Kota Sabang
Perjalanan dimulai pada saat malam takbiran, saya sempat kena macet di sekitar Harmoni. Muter - muter sekitar 1 jam akhirnya ketemu jalan yang tidak di tutup dan akhirnya tiba di Cimone Tanggerang setelah 3 jam berlalu. Istirahat sebentar, perjalanan langsung dilanjutkan kembali sampai Pelabuhan Merak. Tiba di pelabuhan Merak cuaca sangat cerah dan langsung beristirahat di kapal ferri. Sekitar jam 6 pagi, tiba di pelabuhan Bakauheni dan celaka langit mendung total, begitu keluar dari kapal langsung dihadapkan hujan deras disertai angin kencang. Di Pelabuhan Bakauheni sempat meneduh sebentar, begitu hujan agak reda langsung menuju SPBU yang tak jauh dari pelabuhan. Di SPBU sempat hujan deras lagi kali ini cukup lama sekitar 1 jam. Sekitar jam 8 pagi begitu hujan agak reda, perjalanan dilanjutkan kembali melalui Way Jepara yang akan tembus ke Tulang Bawang. Baru saja keluar dari SPBU dan melewati menara Siger, hujan kembali turun dengan deras. Akhirnya saya menepi di rumah warga dan memakai jas hujan karena perjalanan masih jauh dan sekaligus mengejar target waktu agar sampai Palembang sebelum gelap, mengingat kondisi lalu lintas yang terkenal rawan kejahatan.

Rute selama di pulau Jawa
Rute selama di pulau Sumatra
Tiba di Cimone, setelah terjebak macet di Jakarta
Tiba di pelabuhan Merak
Tiba di Bakauheni langsung kehujanan, terpaksa meneduh di SPBU dekat pelabuhan
Tiba di SPBU Way Jepara, langsung melepas jas hujan karena cuaca mulai panas terik
Di SPBU Way Jepara kami beristirahat cukup lama
Beristirahat di SPBU Tulang Bawang, istirahat terakhir sebelum masuk Provinsi Sumatra Selatan
Pada saat tengah siang saya akhirnya sampai di Tulang Bawang, dan saya beristirahat lagi di SPBU karena kondisi cuaca saat itu sangat panas terik. Pada sore hari perjalanan dilanjutkan kembali ke Palembang melewati Mesuji, Kayuagung dan akhirnya tiba di Palembang pas Maghrip untuk bermalam. Kondisi lintasan Mesuji ke Palembang yang bergelombang dan banyak aspal yang berlubang membuat bearing ban depan saya oblak sehingga saya tidak bisa memacu kendaraan agar lebih cepat. Keesokan harinya saya berencana untuk mengganti bearing ban depan, berhubung hari itu masih dalam perayaan Lebaran sehingga bengkel tidak ada yang buka, akhirnya perbaikan ban depan di tunda dan di perbaiki di Jambi. Pada saat tengah siang, perjalanan dilanjutkan menuju Jambi dengan rute Betung, Sungai Lilin. Selama perjalanan saya beristirahat 2 kali yang pertama di mini market dekat dengan restoran 'pagi sore' dan terakhir di SPBU sungai Lilin yang akan memasuki Provinsi Jambi. Tiba di Kota Jambi kami langsung menuju hotel untuk bermalam. Kondisi jalan sepanjang Palembang menuju Kota Jambi cukup bagus sehingga saya tidak terlalu khawatir dengan kerusakan bearing yang lebih parah.

Jembatan Ampera, Palembang
Gerbang selamat datang kota Jambi
Tiba di Kota Jambi sempat beristirahat cukup lama disini
Keesokan harinya saya mencari bengkel yang buka untuk memperbaiki bearing ban depan. Tidak jauh dari hotel tempat saya menginap saya menemukan bengkel yang buka. Sambil diperbaiki motor saya, saya mengobrol dengan pemilik bengkel yang ternyata pernah tinggal di Jakarta tidak jauh tempat tinggal saya. Sambil mengobrol, saya mencari info menuju Riau untuk bermalam di Rengat. Info yang saya dapatkan lintasan sudah bagus (di cor beton) segera saya menuju tukang tambal ban, untuk  di cek ban saya karena sedikit kempes dan ternyata ada 4 titik bocor halus, langsung saja saya minta untuk di tambal semuanya. Setelah selesai di tambal saya menuju hotel untuk bersiap menuju Rengat ( Riau ). Sekitar jam 11 siang bertepatan dengan jam check out hotel saya menuju Rengat. Jalurnya melewati sungai Batanghari dan melewati kawasan taman nasional . Sepanjang perjalanan cuaca sangat panas dengan lintasan yang berbelok - belok. Setelah melewati kawasan taman nasional tepatnya di perbatasan provinsi Jambi dengan provinsi Riau, akhirnya saya menemukan rumah - rumah penduduk. Sepanjang perjalanan memang benar lintasan sudah di cor beton, tapi ada berberapa titik yang belum di cor beton sehingga hanya di tutupi dengan batu kerikil saja, belum lagi posisi jalan yang rusak tersebut berada di posisi yang tidak terlihat ( Blind spot). Oleh karena itu saya sempat kena lubang jalan lumayan dalam yang sampai membuat plat nomor polisi belakang saya hilang dan side box berserta top box sampai terbuka dengan sendirinya. Side box yang terbuka tersebut baru saya sadari ketika beristirahat di SPBU perbatasan Jambi dan Riau, untung saja barang bawaan yang didalam box tidak jatuh. Tidak lama saya beristirahat, saya melanjutkan kembali menuju kota Rengat untuk bermalam. Sekitar 2 jam sejak beristirahat di SPBU akhirya saya tiba di kota Rengat dan saya langsung masuk ke rumah makan, sambil makan malam saya mencari info penginapan di kota Rengat. Tidak jauh dari tempat saya makan, saya dapat penginapan yang cukup murah dan bersih.

Keesokan harinya sekitar jam 7 pagi saya melanjutkan perjalanan menuju kota Duri dari Rengat dengan rute Pangkalan Kerinci, Pekan Baru, Duri. Sepanjang perjalanan, lintasan aspal lumayan bagus dengan berberapa titik yang sedang dalam perbaikan terutama di komplek Pertamina. Sebeluim berangkat saya sempat browsing untuk melihat peta jalur menuju Medan dan ternyata tidak jauh dari kota Rengat ada garis Equator / Khatulistiwa. Saya sempat mencari tahu tugu Equator untuk wilayah Riau yang tepat berada di pinggir jalan Lintas Timur Sumatra, ternyata banyak warga yang tidak mengetahui tugu tersebut. Berhubung info yang saya dapatkan sangat minim terpaksa saya mencari sendiri sambil menuju Pekan Baru dan ternyata sampai Pangkalan Kerinci pun saya tidak menemukan tugu tersebut, akhirnya perjalanan diteruskan kembali menuju Pekan Baru dan Duri.Setibanya di Duri sekitar jam 6 sore, saya pun menyempatkan diri untuk beristirahat di SPBU untuk sekedar memejamkan mata dan akan jalan kembali sekitar jam 4 atau jam 5 pagi, apalagi cuaca saat itu turun hujan cukup deras. Pada saat beristirahat di SPBU selepas kota Duri, sempat salah satu supir memberitahu agar berhati - hati karena banyaknya copet di wilayah Duri, bahkan sang supir pernah kecopetan pada saat tidur didalam truknya. Oleh karena itu saya menjadi lebih waspada, apalagi sempat ada warga lokal yang sempat mondar mandir memperhatikan saya dan ikutan beristirahat didekat saya (aneh warga lokal tidur di SPBU). Mengetahui gelagat yang kurang baik saya merapatkan semua barang bawaan terutama tank bag yang berisi gadget dan camera, dan sesekali mengawasi mereka.

Keesokkan harinya sekitar jam 4 pagi dengan kondisi yang masih ngantuk dan dingin, perjalanan dilanjutkan kembali menuju Medan dengan rute Bukit Batu, Kota Pinang, Rantau Prapat, Kisaran, Tebing Tinggi. Setibanya di Bukit Batu motor saya bermasalah, mesin motor tidak mau melaju lebih dari 6000 RPM, dan akhirnya motor dipaksa jalan dengan 70 KPJ saja sampai dengan kota Bukit Batu dan masuk ke bengkel untuk perbaikan. Sekitar jam 10 pagi perbaikan motor selesai dan perjalanan dilanjutkan kembali ke Medan. Memasuki wilayah provinsi Sumatra Utara kondisi cuaca sangat panas dengan lintasan aspal yang sangat baik, berbeda dengan Provinsi Riau  yang bergelombang terutama dari Pekan Baru sampai Kota Bukit Batu. Lalu lintas di Sumatra Utara lumayan padat dan saya harus ekstra hati - hati, apalagi banyak bus, truk dan mobil yang memaksa mengambil jalur berlawanan arah untuk menyalip kendaraan didepannya, tidak jarang saya harus mengalah dan hampir masuk gravel (bahu jalan) yang cukup dalam. Pada saat sore hari menjelang Maghrip saya tiba di Tebing Tinggi, dengan kondisi badan yang lelah karena kurang tidur dan lalu lintas yang padat kadang macet, membuat saya harus menepi ke SPBU terdekat untuk beristirahat. Setelah cukup beristirahat lalu lintas sudah agak lenggang perjalanan dilanjutkan kembali menuju Medan. Sekitar 1 - 2 jam saya tiba di bandara Kuala Namu, lalu lintas pada saat itu macet sepanjang Bandara Kuala Namu hingga kota Medan. Tiba di kota Medan saya langsung menuju Istana Maimun, karena hotel tempat menginap berada di dekat dengan Istana Maimun.

Istana Maimun, Icon kota Medan
Istana Maimun, Medan
Dari penginapan ke Istana ini sangat dekat
Keesokan harinya, saya bersiap menuju Banda Aceh dengan rute Binjai, Pangkalan Brandan, Kuala Simpang, Langsa, Lhokseumawe, Bireun, Sigli dan Banda Aceh. Sebelum berangkat saya sempatkan untuk mengganti oli mesin terlebih dahulu di sekitar Binjai karena sudah mencapai sekitar 2000 Km sejak dari Jakarta. Setelah selesai Ganti Oli sekitar jam 11 siang perjalanan dilanjutkan kembali ke Banda Aceh. Lalu lintas pada saat itu padat dan cuaca sangat panas sepanjang perjalanan menuju Banda Aceh. Saya harus menepi untuk beristirahat di Pangkalan Brandan dan Kuala Simpang. Sekitar Sore hari menjelang Maghrip saya tiba di Bireun dan menepi lagi untuk mengisi perut sebagai persiapan jalan malam. Sepanjang perjalanan menuju Banda Aceh dari Bireun, penerangan jalan umum sangat minim belum lagi banyak bentor ( becak motor) yang tidak menggunakan lampu belakang sehingga membuat saya harus ekstra hati - hati. Tiba di Sigli sekitar 2 jam dari Bireun saya beristirahat lagi, waktu menunjukan pukul 9 malam dan tinggal sekali lagi melewati kawasan hutan dan sampai di Banda Aceh. Sekitar jam 12 tengah malam akhirnya saya tiba di Kota Banda Aceh. Saya di hadapkan dengan angin yang sangat kencang sebelum masuk gerbang Selamat Datang di kota Banda Aceh, sampah minuman mineral kemasan gelas dan daun yang gugur sampai bertebangan mengenai helm dan motor saya. Setelah melewati gerbang Kota Banda Aceh angin mulai reda dan langsung saya menuju mesjid Baiturrahman untuk beristirahat sambil menunggu pagi hari jadwal penyebrangan ke pulau Weh di pelabuhan Ulee Lheue.

Mesjid Baiturrahman, Icon kota Banda Aceh
halaman Mesjid Baiturrahman, Banda Aceh
Keesokan harinya sekitar jam 6 pagi, saya menuju pelabuhan Ulee Lheue, jam penyebrangan kapal sekitar jam 8 pagi. Dikarenakan saya belum tidur sejak dari Medan, maka saya mengambil tiket kelas Bisnis AC, perjalanan yang memakan waktu sekitar 2 jam (termasuk bongkar muat) cukup untuk saya beristirahat di kapal. 2 jam berlalu akhirnya saya tiba di pelabuhan Balohan, pulau Weh. Dari pelabuhan Balohan saya langsung menuju tugu Kilometer Nol Indonesia. Sepanjang perjalanan cuaca sangat panas tapi tertutupi dengan angin yang kencang dan pemandangan sepanjang perjalanan yang 'menyejukan mata'. Kondisi lintasan sangat baik, sangat jarang ada yang berlubang dan lengkap dengan garis marka jalan yang dapat membantu untuk perjalanan malam hari.

Welcome to Weh Island
Pulau Weh, Rasanya kepengen berlama - lama disini
Pemandangan pulau Weh dari atas bukit tempat rumah makan

Rute selama di Pulau Weh
Tiket penyebrangan dari pelabuhan Ulee Lheue menuju Balohan
Menuju titik kilometer nol Indonesia, dengan pemandangan laut di pinggir jalan
Memasuki Hutan menuju titik kilometer nol Indonesia
Masih menuju Tugu Kilometer Nol Indonesia, lebar jalan semakin sempit
Lintasan menuju tugu Kilometer Nol Indonesia sangat baik dengan berberapa tikungan - tikungan
Beristirahat di pulau Weh sekaligus makan siang di pinggir laut di atas bukit










Akhirnya saya tiba di titik paling barat Indonesia
Setifikat dari pemerintah kota Sabang
Posisi geografis tugu Kilometer Nol Indonesia
Warung untuk bersantai yang berada di ujung Barat Indonesia (pinggir laut lepas)
Tugu Kilometer 0 Indonesia

Menuju Pantai Iboih
Sore harinya saya bergegas menuju daerah wisata yang bernama Iboih untuk mencari penginapan karena dekat dengan pulau Rubiah. Pulau Rubiah terkenal dengan taman laut nya, konon dari info yang saya dapatkan pulau Rubiah termasuk salah satu spot underwater terbaik di Indonesia. Begitu tiba di Iboih saya sempat kaget dengan ramainya pengunjung, sehingga penginapan sudah terisi penuh semua. Dengan semangat '45 ditambah dengan tanya - tanya sama penduduk sekitar akhirnya saya mendapatkan penginapan yang berada di tempat tidak terlalu ramai dengan harga Rp 250,000.- per malam dengan kelas bungalow.

Masih di pantai Iboih, tampak latar belakang pulau Rubiah
Pantai Iboih malam hari
Pulau Rubiah dari dermaga
Pulau Rubiah, airnya sangat bening
Dermaga di pulau Rubiah
Pantai Iboih, bersiap menyebrang ke pulau Rubiah
View dari balkon penginapan di Iboih
Kapal penyebrangan ke pulau Rubiah dari pantai Iboih
Snorkling di pulau Rubiah
Di pulau Rubiah ada juga fasilitas penyewaan camera underwater seharga Rp 120,000.- termasuk guide yang mengantarkan ke tempat tersembunyi.

Taman laut di pulau Rubiah
Taman laut di pulau Rubiah
Taman laut di pulau Rubiah
Taman laut di pulau Rubiah
Taman laut di pulau Rubiah
Taman laut di pulau Rubiah
Taman laut di pulau Rubiah
Taman laut di pulau Rubiah
Taman laut di pulau Rubiah
Taman laut di pulau Rubiah
Taman laut di pulau Rubiah
Taman laut di pulau Rubiah
Snorkling di pulau Rubiah, airnya jernih
Pulau Rubiah sangat ketat terhadap pengunjungnya, jangan sekali - sekali buang sampah disini kalau tidak mau di marahi oleh penduduk asli
Sebagian karang di pulau Rubiah masih dalam proses pemulihan setelah terkena tsunami 2004 yang lalu
Beruntung di pulau Rubiah, tidak terlalu parah kerusakan karangnya akibat dari bencana tsunami 2004
Taman laut di pulau Rubiah
Taman laut di pulau Rubiah
Taman laut di pulau Rubiah
Taman laut di pulau Rubiah
Taman laut di pulau Rubiah
Taman laut di pulau Rubiah
Taman laut di pulau Rubiah
Taman laut di pulau Rubiah
Taman laut di pulau Rubiah
Taman laut di pulau Rubiah
Taman laut di pulau Rubiah
Taman laut di pulau Rubiah
Taman laut di pulau Rubiah
Taman laut di pulau Rubiah
Sore menjelang malam kami harus kembali ke penginapan di pantai Iboih
Keesokan harinya karena waktu libur akan habis dan saya harus menghitung waktu tempuh untuk pulang, saya bersiap menuju pelabuhan Balohan untuk segera kembali ke pulau Sumatra, dan berencana menginap di kota Banda Aceh sebelum meneruskan perjalanan pulang ke Jakarta dengan mampir terlebih dahulu di Danau Toba di Sumatra Utara.

Pantai Gapang yang berlokasi tidak jauh dari Iboih
Menuju pelabuhan Balohan dari kota Sabang
Dermaga di pelabuhan Balohan

Bersambung ke Part 2


Reno Erasmus

Tidak ada komentar:

Posting Komentar