|
"Hutan mati" gunung Papandayan, Garut |
Di tahun 2014 ini saya memulai destinasi saya pada akhir bulan Februari, dalam rangka deklarasi sebuah komunitas baru. Karena sepanjang Januari hingga Februari cuaca sangat tidak memungkinkan, akhirnya tepat pada akhir Februari cuaca mulai menghangat, matahari mulai tampak dilangit yang sepanjang Januari hingga Februari mendung terus. Acara yang sudah dibuat dari tahun lalu sempat terancam batal, karena erupsi gunung Kelud di Jawa Timur yang berakibat naiknya status gunung - gunung lain di pulau Jawa termasuk gunung Papandayan ini. Beruntung kekhawatiran akan bahayanya di gunung Papandayan tidak sebesar yang diberitakan di media - media. Bahkan di gunung Papandayan sendiri sangat ramai sekali oleh Backpacker yang camping di pondok Saladah Papandayan.
Perjalanan dimulai sekitar jam 22:00 WIB start dari rumah menuju Thamrin City. Lalu sekitar jam 00:00 WIB keesokan harinya langsung menuju Bogor dan Cibodas untuk regroup dengan rekan - rekan yang mengikuti acara ini. Setelah regroup perjalanan langsung dilanjutkan menuju Bandung untuk regroup lagi sekaligus packing tenda yang telah disewa untuk ke Papandayan.
|
Tiba di Bandung dan langsung packing 2 tenda di motor |
Setelah selesai packing, kami langsung menuju Papandayan melalui Garut, Cikajang. Sepanjang perjalanan aspal relatif bagus sampai dengan belokan terakhir sebelum menuju area gunung Papandayan. Aspal mulai rusak parah dan ada berberapa titik yang tinggal berbatuan saja pada kondisi sedang menanjak terjal, motor saya sempat mati 3 kali karena tidak kuat.
|
Setelah melewati jalanan berliku yang rusak parah dan menanjak akhirnya tiba di gerbang pintu masuk |
Setelah tiba di Gerbang pintu masuk, kami langsung menuju parkiran motor dan beristirahat sebelum mendaki gunung Papandayan.
|
Pos gerbang Papandayan, stikernya komunitas backpacker semua gak ada roda 2 haha |
|
Parkiran Papandayan, tampak kejauhan jalan menuju kawah Papandayan |
|
Masih di parkiran Papandayan, tampak kejauhan tempat kami perkir motor dan dibelakang tempat parkir motor ada tempat permandian air panas |
|
Kawah Papandayan dari kejauhan |
|
Jalan menuju parkiran |
|
Jalan menuju kawah dan pondok Saladah |
|
View dari sudut yang berbeda |
|
Jalan terus menanjak hingga dekat dengan kawah |
|
View dari sudut yang berbeda |
|
Jalan terus menanjak |
|
Jalan lagi, naik terus |
|
Uap belerang sempat berhembus kearah saya, nafas langsung sesak dan batuk - batuk |
|
Mencoba menutup hidung dan terus jalan menjauhi dari uap belerang |
|
Setelah jalan terus akhirnya ketemu rumput hijau, istirahat sebentar |
|
Nengok kearah lembah, lumayan bagus sayang cuma pakai camera HP |
|
Sempat bingung jalan yang di lewatin berakhir di jurang, akhirnya coba mencari tanda jejak kaki, akhirnya lewat jalan sempit |
|
Jalan yang dilewati sebelah kanan foto, harusnya lewat sebelah kiri yang agak lebar |
|
Jalan sempit yang dilewatin dari atas bukit |
|
Jalan terus mendaki 2 bukit lagi untuk sampai pondok Saladah |
|
Kondisi lintasan yang sangat menanjak, kadang ada petani kebun menggunakan motor trail untuk mengangkut hasil panen |
|
Masih di area yang sama, jalur yang kami lewati |
|
Istirahat sebentar |
|
Jika hujan, lintasan ini sangat licin, beruntung saya pakai AP Boot sehingga tidak terlalu licin dan kaki tetap bersih |
|
Jalur yang kami lewatin tadi. Semakin dekat dengan pondok Saladah |
|
Semakin dekat pondok Saladah, dan mulai gerimis
|
|
AP Boot cocok untuk medan yang seperti ini |
|
Tiba di depan penanjakan terakhir ke pondok Saladah, seekor anjing milih petani Papandayan |
|
Pintu masuk pondok Saladah, lintasan mulai licin, harus berhati - hati |
|
akhirnya tiba di lokasi tenda |
Akhirnya kami sampai di gerbang pondok Saladah. tidak banyak foto yang kami ambil karena cuaca saat itu sedang gerimis. Sebelum masuk kearea pondok Saladah yang licin kami sempatkan mengisi perut dahulu di sebuah warung yang berada di depan penanjakan ke area pondok Saladah.
Setelah cukup beristirahat, kami melanjutkan perjalanan ke tempat camping. Tidak jauh dari gerbang akhirnya kami sampai di lokasi camping. Disana langsung kami mendirikan tenda karena malam akan tiba dan cuaca di sana sangat dingin.
Keesokan harinya kami bersiap untuk pulang melalui rute yang berbeda dengan rute keberangkatan. Kami melalui rute hutan mati yang kondisi lintasannya agak terjal yang berakhir di kawasan kawah. rute ini memotong jarak yang lumayan banyak.
|
Tanaman Edelweis di Gunung Papandayan |
|
Tenda kita dekat tanaman Edelweis, jadi bisa dibayangkan dinginnya lokasi tenda hehe |
|
Tanaman Edelweis di depan tenda |
|
Bunga Edelweis yang belum mekar |
|
Bunga Edelweis yang belum mekar |
|
Mulai bongkar tenda dan packing untuk kembali ke parkiran motor |
|
Jalur yang kami lewati menuju Hutan Mati, sangat licin harus ekstra hati - hati |
|
Sebelum sampai di Hutan Mati kami bertemu tanaman Edelweis sangat banyak, sayang belum berbunga |
|
Dari atas bukit hutan mati |
|
Dibelakang saya ada jalur yang langsung ke kawah. jalur itu yang akan kami lewati menuju parkiran |
|
Hutan mati Papandayan |
Setelah melewati turunan terjal, akhirnya kami sampai di tempat yang sama dengan pendakian. Dari situ kami tinggal mengikuti jalan semula untuk menuju parkiran motor. Sekitar 1 jam akhirnya kami sampai di parkiran motor dan langsung bersiap pulang menuju Jakarta
|
Tinggal sedikit lagi ketemu jalur semula yang sama dengan keberangkatan, lelah habis melewati turunan curam beristirahat dahulu. |
Reno Erasmus
kereeeen om Reno :D
BalasHapusthanks tas Prides Donimoto nya juga di potoin :D
sorry agak berantakan hahaha...
Hapusgunung papandayan memag sangat bagus, aku rasa semua lengkap,dari hutan mati dan ladangedelwis yang lebat banget.. tgl 24 yukkkk
BalasHapus